Baru-baru ini, seorang wanita yang tinggal di kamar kos-kosan dalam keadaan berantakan menjadi viral. Dalam video yang beredar, terlihat air menggenang dari kamar kosnya menuju lorong. Ketika kamar wanita tersebut difokuskan, terlihat kamar yang sangat kotor dengan barang-barang dan pakaian menumpuk. Salah satu komentar di akun @tanyakanrl menyebutkan: “Sumpah, kok bisa ya mbaknya ga bersihin kost sampe kayak gitu, bentukannya terus gimana bisa bertahan hidup dengan kondisi kost jorok begini, po ga jadi ladang nyamuk.”

Tidak hanya itu, pakaian kotor dan plastik yang tampak seperti sisa bungkus makanan juga terlihat bertumpuk. Disebut-sebut bahwa wanita yang tinggal di sana mengidap gangguan penimbunan barang. Apa sebenarnya gangguan penimbunan barang?

Menurut penjelasan dari National Health Service UK (NHS) dan Cleveland Clinic, gangguan penimbunan atau hoarding disorder adalah kondisi di mana seseorang mengumpulkan barang dalam jumlah berlebihan dan menyimpannya secara berantakan. Hal ini biasanya mengakibatkan kekacauan yang sulit untuk diatasi.

Baca Juga : 10 Contoh Izin dan Alasan Tidak Masuk Sekolah lewat WhatsApp

Barang-barang yang dikumpulkan sering meliputi surat kabar, majalah, barang-barang rumah tangga, dan pakaian. Terkadang, orang yang mengidap juga bisa mengoleksi hewan dalam jumlah besar, yang sering kali tidak dirawat dengan baik.

Gangguan penimbunan dapat mengakibatkan kekacauan yang berbahaya dan mengganggu kualitas hidup seseorang dalam berbagai aspek. Ini bisa menyebabkan stres dan rasa malu dalam kehidupan sosial, keluarga, dan pekerjaan. Selain itu, kondisi ini dapat menciptakan lingkungan hidup yang tidak sehat dan tidak aman.

Para peneliti hingga saat ini belum menemukan penyebab pasti dari gangguan penimbunan barang ini. Ada kemungkinan bahwa gangguan penimbunan dapat muncul secara spontan atau mungkin terkait dengan kondisi kesehatan mental lainnya seperti gangguan kepribadian obsesif-kompulsif (OCPD), gangguan obsesif-kompulsif (OCD), gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (ADHD), dan depresi.

Baca Juga Mengapa Siswa Tidak Masuk Sekolah? Penyebab, Alasan tidak masuk Sekolah dan Persetujuan yang Tepat

Selain itu, para peneliti juga telah mengidentifikasi faktor risiko lain yang terkait dengan gangguan penimbunan barang ini, termasuk memiliki kerabat yang juga mengidap gangguan penimbunan, kerusakan otak, peristiwa kehidupan yang traumatik, kecenderungan membeli impulsif, kesulitan untuk melewatkan barang gratis seperti kupon dan pamflet, gangguan penggunaan narkoba atau alkohol, serta Sindrom Prader-Willi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *