Menghadapi potensi kekeringan saat puncak musim kemarau, para petani di kawasan Kota Batu, Jawa Timur, khususnya di lereng Gunung Arjuno, mulai mengambil langkah mitigasi dengan menyiapkan tandon air di sekitar lahan pertanian mereka.
Karena tidak terdapat sumber mata air langsung di area pertanian tersebut, sebagian petani memilih untuk memompa air dari aliran sungai yang berjarak sekitar 6 kilometer dari lahan mereka. Untuk satu lahan seluas 1,5 hektare, biaya yang dikeluarkan untuk operasional pompa dan distribusi air bisa mencapai Rp 2,5 juta per bulan.
Langkah ini diambil sebagai upaya mengantisipasi puncak musim kemarau yang, menurut BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), diprediksi terjadi pada bulan Agustus. Dengan penampungan air yang cukup, petani berharap dapat menjaga ketersediaan air irigasi serta menjaga produktivitas tanaman di tengah cuaca ekstrem yang kian tidak menentu.
Program adaptasi ini menjadi contoh nyata bagaimana petani di daerah rawan kekeringan mulai mengubah strategi agar tetap bisa bertani secara berkelanjutan.
Sebagai tambahan informasi dilokasi sana, disana sumber air ada di bawah lahan pertanian, sehingga saat kemarau tak ada hujan mereka memompa air dari bawah ke Atas
Info Via: FB jagad kita